SEMARANG – Jawa Tengah memiliki lebih dari 5.364 pesantren dengan total santri mencapai 520 ribu orang. Besarnya jumlah tersebut mendorong pemerintah provinsi bersama Kemenag dan UNICEF meluncurkan program Pesantren Ramah Anak untuk mencegah perundungan.
Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin, mengatakan skala besar pesantren di Jawa Tengah menjadi tantangan sekaligus alasan utama. “Kami ingin seluruh pesantren di Jateng menjadi tempat aman, sehat, dan ramah anak,” ujarnya.
Program ini diharapkan menjadi solusi atas kasus kekerasan anak yang masih ditemukan di berbagai daerah. “Kita ingin zero bullying di Jawa Tengah,” tambahnya.
Kanwil Kemenag Jateng sudah menyiapkan Satgas yang bertugas mengawal pelaksanaan program ini. “Satgas ini akan bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota,” kata Saiful Mujab, Kepala Kanwil.
Dalam acara Halaqah Pesantren Ramah Anak, berbagai narasumber menegaskan pentingnya transparansi pesantren dalam menghadapi kasus perundungan. “Kalau ada kasus, jangan ditutupi,” ujar Gus Yasin.
UNICEF melalui perwakilannya, Arie Kurnia, menyebut program ini akan memberi edukasi pada santri, pengasuh, dan orang tua. “Keterlibatan semua pihak adalah kunci,” ujarnya.
Pemprov Jateng menargetkan lebih banyak pesantren yang menyatakan diri sebagai lembaga ramah anak.
Dengan jumlah pesantren yang besar, keberhasilan program ini akan berdampak signifikan pada upaya perlindungan anak secara nasional.
Warga pun menyambut positif langkah ini. “Kami berharap pesantren semakin aman untuk anak-anak kami,” kata salah satu wali santri.
Reporter: Raffa Danish